Syekh Husen al-Ifrani al-Hassani



Penulis di Makam beliau kota Tiznit (Maroko)
Syekh Husen al-Ifrani at-Tijani
 
Syekh al-Qutb Sidi Husen bin Ahmad bin al Hajj Belqasim bin Abdur Rahman bin Ahmad bin Abdul Karim bin Ali al-Ifrani al-Idrisi al-Hassani lahir  di desa Suqin (Maroko) pada tahun 1248 H. riwayat lain menyebutkan tahun 1250 H. Nasabnya berujung kepada sayyidina Hasan as-Sibthi bin sayyidina Ali dan sayyidah Fatima az-Zahra binti Rasulullah SAW.
 Sedangkan Ifran disini bukanlah kota di Negri Matahari Terbenam yang popular ketika musim dingin turun salju, melainkan daerah yang berada di selatan Maroko (Sus). Ia sudah yatim sejak kecil, sebab ayahnya meninggal sepulang  menunaikan ibadah haji. Hanya tinggal ibunya yang merawat dan mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Setelah selesai belajar Alquran dan Tajwid di kampungnya, ia dikirim ibunya kepada Syekh Arobi bin Ibrahim (W. 1266 H) di daerah Jazulah agar menimba ilmu darinya. Setelah itu, ia pindah ke Syekh Abdellah bin Abdur Rahman al Kasytimi (W. 1271 H) yang merupakan pimpinan Madrasah Imo Aksyatim didaerah itu juga. 

Pada tahun 1271 H, ia ingin meneruskan kembali masa belajarnya, lalu bergurulah kepada Syekh Muhammad al-Kansusi (W. 1294 H) di kota Marakech. Kemudian setelah itu ia menuju Fes untuk belajar kepada ulama kota ilmu tersebut. Disana ia bertemu dengan al-Arif billah Sidi Ahmad bin Ahmad Banani Kala (W. 1306 H), ia pun berguru kepadanya hingga memperoleh legalisasi ijazah sanad. Lalu, pada tahun 1277 H., ia kembali ke kampung halamannya Ifran, disana ia mulai mendedikasikan ilmunya dengan ragam pendidikan disiplin ilmu agama serta menjadi Mufti. Kesehariannya ia habiskan untuk mengamalkan dan mengabdikan ilmunya, hingga suatu ketika ia didatangi oleh Ketua Majelis Ulama setempat untuk mengisi pengajian kitab Shahih Bukhori pada even bulan Ramadhan. 

Pada tahun 1280 H., ia berangkat untuk menunaikan rukun islam ke 5 ke tanah suci Makkah. Dalam perjalanannya, ia mimpi bertemu dengan Baginda Rasulullah SAW. dan memerintahkannya untuk mandi bersuci di sungai, perintah tersebut pun ia laksanakan. Namun, usai mandi ternyata masih tersisa sebagian anggota tubuh yang belum terkena air. Dalam keadaan itu, ia mendapat ilham hanya dengan jalan suluk (tasawuf) yang dapat mensucikan seluruh anggota tubuh seseorang. Ia pun kembali ke Marakech pada tahun 1282 H. untuk mengambil talqin Tarekat Tijaniyah kepada Syekh Muhammad bin Ahmad al-Kansusi. Selain itu, ia juga berguru kepada Syekh Arobi bin Sayih (W. 1309 H) penulis kitab “Bughyatu al Mustafid li Syarhi Munyati al Murid”

Kemudian, pada tahun 1304 H. ia pergi ke kota Rabat untuk menemui gurunya Syekh Arobi bin Sayih, disana ia diberi ijazah sanad kitab Shahih Bukhori serta diangkat sebagai Mursyid Tarekat Tijaniyah. Dari situlah Allah SWT membukakan pintu hakekat dan ma’rifat lantaran dua orang Waliyullah Syekh Arobi bin Sayih dan Syekh Muhammad al Kansusi. 

Usai dari kota Rabat, dengan perasaan gembira setelah bertemu gurunya kemudian ia menuju kota Fes untuk ziarah ke makam Maulana al-Qutb Syekh Ahmad Tijani. Disana ia bertemu dengan beberapa ulama Tijaniyah, antara lain Sidi Ahmad bin Ahmad Banani Kala yang sebelumnya merupakan gurunya sendiri sewaktu ia belajar di Fes. Beliau pun sama memberinya ijazah dan legalisasi sebagai Mursyid Tarekat Tijaniyah, lalu ia pun menginap selama 41 malam di Fes untuk menemani gurunya tersebut. 

Dalam tatanan horizontal, ia sewajarnya masyarakat lainnya dalam berinteraksi sosial. Tetapi, dalam hubungan vertikal dengan Allah SWT ia sering berpuasa sunah, membaca Alquran, melanggengkan shalat malam maupun shalat tasbih serta membaca salawat Fatih minimal 6.000 kali tiap malam.
Ia menghembuskan nafas terakhir dan menghadap Sang Khaliq pada hari Sabtu 4 Syawal 1328 H., usai mengkaji kitab Shahih Bukhari. Dulu ia dimakamkan diluar Zawiyah Tijaniyah kota Tiznit – Maroko. Namun karena mengalami perluasan bangunan, kini posisi makamnya berada didalam Zawiyah. 

Adapun muridnya yang kesohor dan piawai lebih dari 300 orang, diantaranya yaitu:
   ü  Syekh Ahsan Ba’qili (kota Casablanca)
   ü  Al Hajj Ali Isaki
   ü  Sidi Ahmad at-Tijani as-Syenqiti
   ü  Sidi Yusuf al-Kansusi
   ü  Syekh Abdellah Qasyas (kota Essouira)
   ü  Syekh Muhammad Rafi’i ad-Dukkali
   ü  Syekh Muhammad bin Yahya al-Wilati
   ü  Sidi Thahir al-Ifrani
   ü  Sidi Muhammad bin Abdellah al Ilghi (pendiri Madrasah Ilghi)
   ü  Sidi Ali bin Abdellah al-Ilghi
   ü  Sidi Muhammad Radhi al-Ifrani
   ü  dan lain sebagainya.

Ia pun banyak menelurkan karya ilmiah, diantaranya: Tiryaqu al Qulub min Adawai al Ghaflah wa ad-Dzunub, Tafsir Surah Al Ikhlas, Kasyfu al Ghithai fi man Takallama fi as Syekh at Tijani bi al Khatha’, Idzharu al Haq wa as Shawab, Ta’liq ala Kitabi ad Durratu al Kharida dan lain-lain.

Demikianlah biografinya yang dapat saya tulis disini, semoga kita mendapat berkah dari ilmu beliau.

1 komentar:

  1. assalamu alaikum, hendak bertanya, di tulisan ini disebutkan bhw Syeikh Husein al Ifrani istiqomah wirid 6.000x tiap malam.. apakah angka 6.000 adalah bilangan yg istimewa untuk Shalawat Fatih?

    BalasHapus