Perdamaian Yang Abadi

Allah berfirman : dan janganlah kamu berbuat kerusakan (setelah) diciptakan dengan baik… (QS.Al A’raf : 56)
Dalam roda kehidupan ini, masyarakat mendambakan hidup yang nyaman, damai dan tentram. Tetapi, pada dasarnya Allah SWT telah menciptakan di alam semesta ini dengan berpasang-pasang. Tentunya perdamaian yang kita harapkan, disisi lain kerusuhan dan keonaran ada dimana-mana. Banyak yang cinta damai, tetapi peperangan semakin ramai. Hal ini tergantung kepada subjek yang menyikapi.


Masih ingatkah anda peristiwa 3,5 abad silam? Indonesia dikuasai oleh penjajah yang merugikan bangsa Indonesia, karena mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Akibatnya berjuta-juta penderitaan yang dirasakan warga Negara Indonesia.
Oleh karena itu, 64 tahun setelah terlepas dari penjajah, mari kita tingkatkan potensi untuk menghadapi tantangan global. Untuk itu peran bangsa Indonesia ialah menjaga dan melestarikan kekayaan alam Indonesia yang berdampak positif untuk memajukan kesejahteraan penduduk Indonesia.

Perlunya setiap individu ikut andil dalam berupaya menjaga dan melestarikan alam Indonesia pada khususnya dan di alam semesta ini pada umumnya, adalah agar dapat terhindar dari mala petaka dan bencana alam yang belakangan ini terus melanda di muka bumi ini.
Di penghujung tahun 2004 lalu, gempa berkekuatan besar yang disusul dengan gelombang tsunami begitu membelalakkan mata. Dan setelah itu, meski peristiwa alam sebenarnya bukan hal baru, bencana alam lain seperti banjir bandang, Gempa di Jogja, di Padang dan lain-lain, yang juga menyeret banyak korban, seakan terus menghampiri. Intensitasnya malah semakin sering terjadi, seakan sulit berhenti.

Dampak dari bencana alam
Sebagaimana citra seorang nelayan yang eksistensinya mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara mendistribusikan hasil tangkapan ikan ke pasar, kini nelayan tersebut “nganGuR” akibat dari erosi dan banjir yang disebabkan praktek illegal logging oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Maka dari itu, anda sebagai generasi mendatang supaya memperbaiki kehidupan sekarang ini dengan cara memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien. Agar tercipta kehidupan yang damai, aman dan tentram.

Agar terjalin kehidupan yang damai:1.Saling menerima
Dengan banyak uang kita dapat berbuat sesuai dengan apa yang kita mau atau dengan kata lain “sesuka hati”, itulah kata-kata yang sering kita dengar di masyarakat.
Tak pelak bilamana kasus perceraian dikalangan para artis yang lebih mendominasi ketimbang rakyat kecil. Ujung-ujungnya adalah buntut dari keegoisan yang tidak bisa menerima satu sama lain.
Al kisah tragedi terbunuhnya Habil putra nabi Adam as. ditangan kakaknya yakni Qabil, itu akibat dari seorang kakak (Qabil) yang tidak dapat menerima aturan yang telah ditetapkan oleh nabi Adam as sebelumnya.
Maka dalam menghadapi suatu masalah, sebaiknya kita dapat saling menerima agar terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan.
2.Saling menghormati
“Dari sabang sampai merauke
berjajar pulau-pulau
sambung menyambung menjadi satu
beragam bahasa, budaya dan bermacam agama serta berbagai aliran
itulah Indonesia”.
Coba bayangkan, bilamana kehidupan kita tanpa adanya rasa hormat menghormati, pasti terjadi problematika dalam hidup bermasyarakat.
Dan besar kemungkinan terjadi konflik antar umat beragama yang berimbas kepada rasa saling mencerca dan mencaci maki.
Maka untuk menghindari hal tersebut kita dapat bercermin pada tri kerukunan yaitu:
1. kerukunan antar umat beragama
2. kerukunan antara umat seagama
3. kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah
untuk itu, sebagai warga Negara Indonesia, mari kita junjung tinggi nilai-nilai sosial agar terjalin “ukhuwah wathoniah” yaitu persaudaraan se-Tanah Air.
3.Adil
Dalam hadits Rasulullah bersabda: “7 golongan yang mendapat naungan Allah pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naunganNya yaitu pemimpin adil…” (HR. Bukhori dan Muslim).
yang mana pemimpin adil itu menempati posisi pertama diantara 7 golongan tersebut.

Alkisah tatkala kholifah Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai pemimpin, beliau mengirim surat kepada Hassan Al basri yang isinya pertanyaan bagaimanakah menjadi seorang pemimpin yang adil itu?
Sekilas dari jawaban Hassan Al basri adalah:
“ketauhilah wahai Amirul Mu’minin, pemimpin yang adil itu ibarat seorang pengembala yang menyayangi gembalanya, melindungi dari orang yang berbuat jahat, mencegah dari binatang buas serta menahan dan menjaga dari berbagai penyakit akibat kepanasan maupun kedinginan.
Pada prinsipnya, adil adalah salah satu sifat yang harus di miliki manusia untuk menegakkan kebenaran kepada siapapun tanpa kecuali. Jika tidak, kesemrawutanlah yang selalu muncul disemua aspek kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar